“Merasa bersalah lebih baik daripada merasa benar. Menyiksa, tapi juga mengingatkan. Bahwa, ternyata masih ada kesempatan. Untuk meminta maaf, untuk berubah dan untuk lebih baik.”
Kuposting status fesbuk tersebut pada 17 april 2014 pukul 21.15-an. Setujukah, Bro-Sist? Heuheu. Yang kupikirkan saat itu, bagaimana ya “meladeni” rasa bersalah? Wajarkah seseorang mengalaminya? Bagaimanapun, perasaan tersebut bikin nyesek namun juga bikin kita berpikir, “Lain waktu gak lagi-lagi bikin kesalahan yang sama. Lain waktu, kalau ada kesempatan, pengin merubahnya jadi lebih baik lagi.
Nah, bagi yang pernah atau sedang mengalami perasaan tersebut, berikut sedikit tips untuk meredakannya. Memaafkan dirimu sendiri
1. Hilangkan Perasaan Buruk
Apa benar Allah Swt. itu Maha Pemaaf?
Pertanyaan semacam itu bisa sangat berbahaya jika terus kita gaungkan tanpa jawaban. Hal tersebut mengindikasikan kalau hati kita tengah ragu akan kemurahan Allah Swt. Padahal jelas sekali dalam Al qur’an, “Innallooha ghofuururrohiim”, “Allah Swt itu Maha Pengampun lagi Penyayang”. Terus dalam sebuah hadist qudsi, disebutkan yang intinya “Jika dosa kita memenuhi langit dan bumi, Allah Swt. akan mengampuni jika memang kita memintanya.” Subhanallaah, Maha Baik Allah!
Karena itu, alangkah baiknya kita tepis anggapan kalau segala dosa kita tak terampuni. Tak perlu khawatir. Yakini, Allah Swt. itu Maha Pengampun, Bijaksana, Pengasih dan Penyayang.
2. Tak Ada yang Luput dari Kesalahan
Siapa orangnya yang memiliki catatan bening sebening malaikat? Gak ada, ya?
Memang, berbuat salah atau keliru itu adalah hal yang manusiawi. Sebagaimana kodratnya seorang manusia, yakni tempat salah dan lupa. Karena itu, jangan terlalu larut menyalahkan diri sendiri ketika “tergelincir” dari kebenaran. Namun, jangan juga kita “berlindung” dibalik kalimat tersebut. Tiap melakukan kesalahan, bilang “tak ada manusia yang sempurna”. He he he. Lebih keren kalau kita memperbaikinya.
3. Akui dan Minta Maaf Sama yang Bersangkutan
Sungguh berjiwa besar apabila kita bersalah, lalu mengakuinya, bukan malah menutupi dan berkelit. Jika memang bersangkutan dengan seseorang, akan lebih gentle dan terhormat kalau kita meminta maaf secara langsung. Akui kesalahan dan minta maaflah. Selebihnya, soal dimaafkan atau tidak, itu kembali pada orangnya.
4. Bikin Kesibukan
Daripada terlalu larut dalam rasa bersalah berkepanjangan, baiknya kita sibukkan diri. Larutkan diri dalam suatu kegiatan, yang memang tak ‘ujug-ujug’ membuat lupa, melainkan mengalihkan pikiran dan emosi kita dari rasa bersalah yang menyiksa.
Jika bisa, sibukkan diri dalam kegiatan sosial atau aktivitas membantu sesama. Hal itu dimaksudkan agar kita tidak terpaku pada masalah pribadi saja. Ternyata ada yang senasib atau bahkan kondisinya lebih buruk dari kita.
5. Tak Perlu Melempar Kesalahan
Kesalahan sudah terjadi, ya sudahlah. Tak perlu melempar kesalahan pada orang lain, pada keadaan yang kurang mendukung, waktu yang tidak pas bahkan benda yang tak tahu apa-apa. Baiknya tenangkan diri, instrospeksi dan cari solusi yang tepat.
6. Kesalahan bisa Terhapus oleh Kebaikan
Ibarat kemarau panjang yang bisa disegarkan oleh hujan satu hari. Begitu pula dalam beramal. Jika kita sadar telah memiliki banyak amal buruk, itu lebih baik. Setidaknya kita punya kesadaran pula untuk menambalnya.
Dan tak ada yang lebih cocok selain menutupi keburukan-keburukan tersebut dengan amal sholeh, baik itu amalan pada Allah Swt., sesama maupun alam sekitarnya. Daripada kita tak merasa sama-sekali dan terus larut dalam keburukan? Na’udzubillaah.
7. Mentafakuri Ni’mat-Ni’mat
Semua tahu, ni’mat Allah Swt. itu tak terhitung. Amat banyak, sampai kita kadang-kadang tak menyadarinya. Kita terlalu konsen dengan apa yang jadi hambatan kita, ujian hidup kita dan kerikil-kerikil yang menghalangi jalan kita untuk senang atau bahagia.
Sesekali kendalikan waktu untuk mentafakuri semua ni’matnya. Betapa kita tak kan pernah mampu menukarnya, walau dengan nyawa sekalipun. Toh, nyawa pun masih titipan dari-Nya?! Hohoho
8. Ambil Hikmah dan Pelajarannya
Apa yang sudah terjadi, tak bisa kita undo kembali. Memang kenyataan, kita tak bisa mengembalikan keadaan saat kita belum berbuat salah, lantas tak jadi melakoninya.
Kata orang “kalau toh nasi sudah jadi bubur, kita buat saja bubur itu lebih enak, ditambah kuah lezat, suiran ayam, taburan goreng bawang atau kacang, misalnya?”. Begitulah, yang sudah terjadi tak menjejakkan hal lain selain pesan, hikmah atau pelajarannya.
Bagaimana, Bro-Sist? Mudah-mudahan perasaan bersalahnya bisa berkurang bahkan reda sama sekali, ya. Mari kembalikan semuanya pada Allah Swt. Percayalah, di tangan-Nya, semua berjalan dengan tepat dan baik. Wallahu ‘alam. CMIIW dalam semua postingan.
Sumber: rosediana.net