Maka Allah menegurnya karena la tidak menisbatkan ilmu kepada Allah. Allah menurunkan wahyu kepadanya, "Sesungguhnya Aku mempunyai seorang hamba yang tinggal di tempat bertemunya dua lautan, dia lebih alim daripada kamu."
Musa bertanya, "Wahai Tuhanku, bagaimanakah caranya saya dapat bertemu dengannya?" Allah SWT. berfirman, "Bawalah besertamu ikan, lalu masukkan ikan itu ke dalam kembu, wadah ikan. Manakala kamu merasa kehilangan ikan itu, maka dia berada di tempat tersebut."
Hingga bertemulah Nabi Musa AS. dengan Nabi Khidhir AS, Musa mengucapkan salam dan berkata, "Sayalah Musa." Khidir bertanya, "Musa Bani Israil?" Musa menjawab, "Ya." Musa berkata lagi, "Saya datang kepadamu untuk menimba ilmu pengetahuan dari apa yang telah diajarkan Allah kepadamu." Singkat cerita, setelah melalui perjalanan panjang yang penuh makna, keduanya sampai di pemukiman penduduk suatu negeri, keduanya minta dijamu penduduk negeri itu, tetapi penduduk negeri itu tidak mau menjamu mereka, kemudian keduanya menemukan dinding sebuah rumah yang miring hampir roboh. Maka Nabi Khidir AS. mengisyaratkan dengan tangannya dan menegakkan dinding rumah itu.
Ibnu Katsir menjelaskan bahwa dinding rumah itu adalah kepunyaan dua anak yatim di kota itu, yang di bawahnya terdapat harta benda simpanan untuk mereka berdua, sedangkan ayahnya adalah seorang yang saleh. Harta kedua yatim itu dijaga sebab kesalehan orang tuanya. Antara kedua anak yatim dan orang tua yang saleh itu selisih tujuh generasi leluhur, bukan orang tua yang melahirkan.
Kisah ini menunjukkan bahwa orang yang saleh akan dijaga keturunannya di dunia maupun akhirat.
Bila kesalehan kakek ketujuh saja dapat memberikan manfaat bagi keturunannya, tentu kesalehan orang tua kandung lebih bisa lagi.